Kamis, 12 Juni 2003

CITA-CITA BERDASARKAN PENGALAMAN


Saya adalah manusia seperti pada umumnya dimana manusia dapat dibagi dua golongan, yaitu manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu. Dikatakan sebagai makhluk individu karena saya tidak dapat hidup sendiri. Sedangkan dikatakan sebagai makhluk individu karena terkadang saya dapat menyelesaikan sebuah masalah dengan diri saya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Seperti pada umumnya, saya sebagai manusia memiliki cita-cita, entah cita-cita itu dalam jangka pendek ataupun dalam jangka panjang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Dan keinginan, harapan, tujuan tersebut merupakan suatu yang akan didapat di masa mendatang. Di dalam hidup saya, saya pernah menginginkan sebuah benda dengan harga yang tidak terlalu tinggi dan berkualitas baik. Ketika saya mendapatkan barang tersebut dan dalam beberapa saat, saya berkeinginan memiliki barang yang sama, namun dengan kualitas yang lebih baik dan saya harus mengeluarkan dengan biaya yang lebih besar untuk mendapatkannya. Dari kasus tersebut, saya mendapatkan sebuah pelajaran, bahwa apa yang saya cita-citakan memerlukan suatu proses dan pengorbanan untuk mendapatkannya. Dan dari kasus itu juga, cita-cita dapat digambarkan seperti grafik yang semakin lama semakin naik. Ini berarti, bahwa cita-cita tidak hanya berhenti ketika telah didapat, namun ada keinginan sebuah cita-cita baru yang lebih tinggi tingkatannya untuk didapatkan lagi.

Ketika saya menginginkan agar cita-cita saya dapat tercapai, ada empat faktor yang menentukannya, yaitu:

1. Faktor manusia (diri saya sendiri)

Tidak hanya memikirkannya, tapi cita-cita yang ingin saya raih haruslah melalui proses sebuah usaha atau sebuah pengorbanan dengan disertai kemauan saya untuk melakukannya. Hal ini merupakan dasar jika saya ingin menggapai sebuah cita-cita.

2. Faktor kondisi

Ketika saya ingin menggapai cita-cita, ada sebuah kondisi yang dapat menghambat dan ada pula yang membantu saya. Misal, saya menginginkan masuk di sebuah perguruan tinggi elite yang membutuhkan biaya yang besar, namun karena kondisi ekonomi keluarga saya tidak mampu, maka saya tidak dapat menggapai cita-cita tersebut, namun apabila kondisi ekonomi keluarga saya mampu, saya dapat menggapai cita-cita tersebut.

3. Faktor tingginya cita-cita

Cita-cita yang saya inginkan mungkin haruslah sesuai dengan kondisi yang sedang saya alami. Namun dengan faktor ini, saya juga dapat mencapai cita-cita walaupun sepertinya kondisi tidak memungkinkan. Contohnya, ketika saya tidak mampu masuk ke dalam perguruan tinggi elite karena kondisi ekonomi, namun ada sebuah cara lain yaitu melalui jalur beasiswa. Dengan semangat dan faktor tingginya cita-cita yang saya miliki, mungkin saja saya dapat masuk ke perguruan tinggi elite tersebut dengan jalur beasiswa.

4. Faktor takdir Tuhan

Sebagai seorang muslim, saya mempercayai adanya takdir Allah. Jika segala apa yang saya usahakan dengan susah payah agar berhasil, namun apabila Allah yang menciptakan saya menakdirkan saya tidak dapat menggapai mimpi saya, maka saya tidak akan berhasil dan sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar